A. Pendahuluan
Manusia
adalah makhluk ciptaan Tuhan yang dilengkapi dengan akal dan pikiran.
Tanpa akal manusia tidak akan bisa membuat waduk/bendungan, jalan dan
jembatan, rumah-rumah bertingkat dan sebagainya. Hanya dengan akal dan
pikiran, manusia dapat berubah taraf kehidupannya dari tradisional,
berkembang dan mengikuti perkembangan sampai dengan modern.
Akal digunakan manusia untuk berpikir, berpikir merupakan sebuah kegiatan mental yang menghasilkan pengetahuan. Jadi
apabila manusia benar-benar memaksimalkan fungsi otaknya untuk berpikir
dalam menemukan pengetahuan atau menghasilkan pengetahuan termasuk
kategori berpikir ilmiah. Berpikir ilmiah sebuah kegiatan yang
seringkali dilakukan oleh para ilmuwan. Ilmuwan dalam mengkaji dan
meneliti hubungan kausalitas (sebab akibat) antara berbagai
macam peristiwa yang terjadi dalam kehidupan manusia di alam semesta
ini menggunakan daya pikir yang logis analitis serta kritis. Maka
dengan kemampuan berpikirnya manusia bisa mengembangkan pengetahuan,
baik ilmu pengetahuan yang bersifat penyempurna dari ilmu pengetahuan
sebelumnya ataupun ilmu pengetahuan yang bersifat baru.
Ilmu pengetahuan dikatakan ilmiah jika
memiliki metode dan cara yang benar dan bisa dipertanggungjawabkan
paling tidak ditunjang oleh tiga komponen utama : pertama adanya objek,
kedua adanya metode yang digunakan dan ketiga adanya sistematika
tertentu.2 Jadi berpikir ilmiah merupakan cara berpikir yang
memiliki tata cara dan aturan main yang berlandaskan sistematika
tertentu dan benar berdasarkan atas data empiris. Selanjutnya agar
berpikir ilmiah bisa terlaksana dan dilakukan dengan baik dan benar
tentunya harus menggunakan langkah-langkah dalam kerangka berpikir
ilmiah. Kerangka berpikir ilmiah inilah yang penulis jadikan tema pokok
dalam penjelasan isi makalah ini.
B. Definisi Berpikir Ilmiah
Sebelum lebih jauh menjelaskan apa yang
dimaksud berpikir ilmiah, ada baiknya lebih dahulu kita ketahui arti per
kata dari kelompok kata tersebut. Pertama kata berpikir. Berpikir
adalah menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan dan memutuskan
sesuatu. Sedangkan menurut Poespoprodjo berpikir adalah suatu aktifitas
yang banyak seluk-beluknya, berlibat-libat, mencakup berbagai unsur dan
langkah-langkah. Menurut Anita Taylor et. Al. berpikir adalah proses
penarikan kesimpulan. Jadi berpikir merupakan sebuah proses tertentu
yang dilakukan akal budi dalam memahami, mempertimbangkan, menganalisa,
meneliti, menerangkan dan memikirkan sesuatu dengan jalan tertentu atau
langkah-langkah tertentu sehingga sampai pada sebuah kesimpulan yang
benar.
Sedangkan Ilmiah yakni “bersifat ilmu,
secara ilmu pengetahuan, memenuhi syarat kaidah ilmu pengetahuan.
Berpikir ilmiah adalah berpikir rasional dan berpikir empiris. Bersifat
ilmiah apabila ia mengandung kebenaran secara objektif, karena didukung
oleh informasi yang telah teruji kebenarannya dan disajikan secara
mendalam, berkat penalaran dan analisa yang tajam.10 Berpikir
rasional adalah berpikir menggunakan dan mengandalkan otak atau rasio
atau akal budi manusia sedangkan berpikir empiris berpikir dengan
melihat realitas empiris, bukti nyata atau fakta nyata yang terjadi di
lingkungan yang ada melalui panca indera manusia.
Jadi memang tidak semua
berpikir akan mengahasilkan pengetahuan dan ilmu dan juga tidak semua
berpikir disebut berpikir ilmiah. Karena berpikir ilmiah memiliki aturan
dan kaidah tersendiri yang harus diikuti oleh para pemikir dan ilmuwan
sehingga proses berpikir mereka bisa dikatakan sebagai produk ilmu
pengetahuan dan bermanfaat bagi khalayak ramai dan manusia pada umumnya.
C. Langkah-langkah Berpikir Ilmiah
Bagaimanapun juga berpikir ilmiah tetap
menggunakan atau memakai proses berpikir ilmiah sebagai salah satu
syarat untuk dikatakan bahwa apa yang dipikirkan termasuk dalam kerangka
berpikir ilmiah. Adapun proses berpikir ilmiah menurut Sudjana menempuh
langkah-langkah tertentu yang disanggah oleh tiga unsur pokok, yakni
pengajuan masalah, perumusan hipotesis, dan verifikasi data.
Menurut Jujun ada lima langkah dalam
kerangka berpikir ilmiah. Pertama merumuskan masalah, kedua menyusun
kerangka berpikir dalam pengajuan hipotesis, ketiga merumuskan
hipotesis, keempat menguji hipotesis dan langkah terakhir adalah menarik
suatu kesimpulan. Demikian pula menurut Nazir penelitian menggunakan
metode ilmiah sekurang-kurangnya dilakukan dengan langkah-langkah
berikut :
- merumuskan serta mendefinisikan masalah,
- mengadakan studi kepustakaan,
- memformulasikan hipotesa,
- menentukan model untuk menguji hipotesa,
- mengumpulkan data,
- menyusun, menganalisa dan memberikan interpretasi,
- membuat generalisasi kesimpulan.
Jadi dari pendapat tersebut dapat
disimpulkan bahwa sesungguhnya langkah-langkah atau taraf berpikir
ilmiah dimulai dengan munculnya sebuah masalah yang kemudian disusun
dalam suatu bentuk rumusan masalah, selanjutnya memberikan suatu solusi
pemecahannya dalam bentuk jawaban atau kesimpulan yang bersifat
sementara terhadap pertanyaan atau permasalahan yang diajukan, setelah
itu menentukan cara yang benar untuk menguji hipotesis dengan
mengumpulkan data-data dan fakta-fakta empiris yang relevan dengan
hipotesis yang diajukan sehingga akan menampakkan apakah benar terdapat
fakta dan data nyata tersebut atau tidak. Terakhir dapat ditarik sebuah
kesimpulan apakah betul sebuah hipotesis yang telah diajukan itu ditolak
atau bahkan diterima, berdasarkan data dan fakta yang ada, bukan
berlandaskan terhadap opini atau asumsi.
Berikut penjelasan langkah-langkah berpikir ilmiah dari dengan didukung pendapat para ahli.
Langkah pertama dalam kerangka berpikir
ilmiah adalah perumusan masalah. Perumusan masalah merupakan hulu dari
penelitian, dan merupakan langkah yang penting dan pekerjaan yang sulit
dalam penelitian ilmiah. Penting karena rumusan masalah adalah ibarat
pondasi rumah atau bangunan, tempat berpijak awal, apabila salah
menentukan dan tidak jelas batasan dalam melakukan akan menyulitkan
proses selanjutnya. Diantaranya akan menyulitkan seseorang atau pembaca
dalam memahami kejelasan judul, sehingga membuat pembaca memahaminya
dengan multi tafsir, oleh karena itu kejelasan judul perlu dituangkan
dalam perumusan masalah. Perumusan masalah merupakan pedoman dasar yang
kuat bagi pelaksanaan penelitian. Khususnya untuk menyusun butir-butir
pertanyaan dalam alat (instrumen), angket, pedoman wawancara, pedoman
menelusur dokumen dan sebagainya dan membatasi permasalahan yang akan
diteliti.
Dalam perumusan masalah seorang peneliti
dituntut untuk teliti dan cermat menentukan batasan-batasan sebuah
masalah yang akan diteliti sehingga tidak membuat kabur permasalahan
yang diteliti. Perumusan masalah umumnya dan biasanya disusun dalam
bentuk kalimat tanya, rumusan harus jelas dan berisi implikasi adanya
data untuk memecahkan atau menyelesaikan masalah, rumusan masalah juga
harus merupakan dasar dalam membuat hipotesa dan menjadi dasar bagi
judul suatu kegiatan penelitian.
Langkah berikutnya perumusan hipotesis. “Hypo” artinya dibawah dan “thesa”
artinya kebenaran. Dalam bahasa Indonesia dituliskan hipotesa, dan
berkembang menjadi hipotesis. Hipotesis merupakan jawaban sementara atau
dugaan terhadap pertanyaan yang diajukan yang materinya merupakan
kesimpulan dari kerangka berpikir yang dikembangkan.
Pendapat lain mengatakan bahwa hipotesis
adalah jawaban sementara atas pertanyaan penelitian yang diajukan
terhadap masalah yang telah dirumuskan.21 Oleh karena itulah,
suatu hipotesis mesti dikembang dari suatu teori terpercaya. Jika
hipotesis itu telah teruji oleh data empirik dan ternyata benar, maka
jadilah hipotesa itu menjadi teori atau tesis. Karena berdasarkan isi
dan rumusannya hipotesis dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu jenis
hipotesis alternatif (Ha) dan hipotesis nol (Ho).
Hipotesis alternatif atau hipotesis kerja
menyatakan adanya hubungan antara dua variabel atau lebih, atau
menyatakan adanya perbedaan dalam hal tertentu pada kelompok yang
berbeda. Sedangkan hipotesis nol (Ho) adalah kebalikan dari hipotesis
alternatif, yaitu menyatakan tidak adanya hubungan atau tidak adanya
perbedaan antara dua variabel atau lebih.
Namun biasanya dalam penelitian
deskriptif biasanya hipotesis bertujuan untuk membuat deskripsi mengenai
hal yang diteliti, bukan bertujuan untuk menguji hipotesis.
Setelah perumusan hipotesis langkah
selanjutnya adalah pengujian hipotesis. Pengujian hipotesis merupakan
pengumpulan fakta-fakta yang relevan dengan hipotesis yang diajukan
untuk memperlihatkan apakah terdapat fakta-fakta yang mendukung
hipotesis tersebut atau tidak.23 Setiap hipotesis dapat diuji
kebenarannya tentu saja dengan menggunakan bukti-bukti empiris serta
teknik analisis yang secermat mungkin, karena dengan demikian halnya,
maka suatu hipotesis akan menentukan arah dan fokus upaya pengumpulan
dan penganalisaan data.
Jadi hipotesis adalah usaha untuk
mengumpulkan bukti-bukti yang relevan dan berhubungan serta mendukung
terhadap hipotesis yang telah diajukan sehingga bisa teruji kebenaran
hipotesis tersebut atau tidak dan hal ini sangat penting untuk dilakukan
karena tanpa ada proses pengujian hipotesis dalam sebuah penelitian
akan sulit penelitian tersebut dipertanggungjawabkan kebenarannya secara
ilmiah.
Langkah terakhir dalam kerangka berpikir
ilmiah adalah penarikan kesimpulan. Kesimpulan merupakan salah satu
faktor yang penting dalam sebuah proses penelitian, kenapa demikian,
karena dengan kesimpulan yang ada dalam suatu penelitian akan menjawab
permasalahan yang ada dalam penelitian. Kesimpulan itu berupa natijah
hasil dari penafsiran dan pembahasan data yang diperoleh dalam
penelitian, sebagai jawaban atas pertanyaan yang diajukan dalam
perumusan masalah.
Sedangkan menurut Suharsimi bahwa suatu
kesimpulan bukan suatu karangan dari pembicaraan-pembicaraan lain,
melainkan hasil proses tertentu “menarik”, dalam arti “memindahkan”
sesuatu dari suatu tempat ke tempat lain.
Menarik sebuah kesimpulan dalam suatu
kegiatan penelitian tidak boleh sembarangan tanpa ada suatu data atau
fakta yang ada dan diperoleh dalam kegiatan penelitian. Jadi sebuah
kesalahan yang fatal apabila penarikan kesimpulan tanpa dilandasi dan
berdasarkan data atau fakta yang telah diperoleh, apalagi hanya
berdasarkan interpretasi dan opini seorang peneliti.
Seharusnya kesimpulan itu menjawab
permasalahan yang ada dalam kegiatan penelitian, sehingga antara
hipotesis, permasalahan sangat berhubungan erat dengan kesimpulan.
Maksudnya adalah penarikan kesimpulan tidak akan jelas, jika tidak ada
data dan fakta yang menjawab sementara dari persoalan atau permasalahan
yang telah ditentukan, yang sering disebut dalam istilah penelitian
dengan hipotesis. Sehingga terlihat dengan jelas hubungan antara
permasalahan, hipotesis dan kesimpulan.
D. Simpulan
Berpikir ilmiah merupakan cara berpikir
yang memiliki dan menggunakan cara dan aturan tertentu dimulai dari
adanya sebuah masalah sampai pada langkah terakhir dengan sebuah
penarikan kesimpulan Tidak semua berpikir bisa dikatakan
berpikir ilmiah, karena bagaimanapun juga berpikir ilmiah harus
menggunakan metode atau cara serta aturan tertentu yang telah
ditetapkan. Setiap manusia berhak untuk berpikir namun hanya manusia
yang memiliki ilmu pengetahuanlah yang bisa berpikir baik rasional dan
kritis dalam memahami dan memecahkan permasalaha.
Proses berpikir ilmiah itu melalui
beberapa tahapan atau rangkaian kerangka berpikir ilmiah, dengan
menggunakan pedoman atau kerangka berpikir ilmiah tentunya akan
menghasilkan suatu pengetahuan yang berguna bagi manusia lainnya atau
masyarakat pada umumnya, bukankah orang yang paling bermanfaat di muka
bumi adalah manusia yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.
Dengan fungsinya manusia sebagai khalifah fil ardi
maka untuk mengawal alam jagad raya ini manusia harus memaksimalkan
otak dan pikirannya didalam memikirkan dan manalar sesuatu dengan
pedoman, acuan atau kerangka berpikir ilmiah. Sehingga bisa menjaga alam
jagad raya ini dengan baik dan benar.
0 komentar:
Posting Komentar