Namun Di Penghujung
Kematian Ku Jiwa Terporak-Poranda Lalu Luluh Lantah.
Lalu Nyaris Ku
Sujdkan Doa-Doa Memintal Kesucian Jadi Belati-Belati Tajam Mengiris Irisan Yang
Tak Seharusnya Diiris Tetapi Aku Tak Mau.
Sebab Hakikat
Kesucian Mengabadikan Kesucian Walau Berpalung Kantung-Kantung Empedu Atau Jadi Bilah-Bilah Bambu Bersembilu.
Jalan-Jalan Beriak
Bergelombang, Memutuskan Putusan Yang Tak Seharusnya
Membingkai Keinginan
Yang Tak Teringinkan, Hingga Segala Asa
Jadi Sampah
Menghakimi Segala
Gerak Gelombang Dan Menggari Penghakim Dalam Penghakiman Tanpa Putusan Yang Tak
Seharusnya Diputuskan.
Lalu Titik-Titik
Menitik Mata Jadi Air Mata Menyimbah Batin Yang Sulit Tertumpahkan Mata, Pada
Mata Yang Terhalang Mata-Mata.
Jaring-Jaring Ulat
Sutera Merapuh Termakan Inang-Inang Yang Bertentakel Sutera
Menyulam Sesaat
Waktu-Waktu, Lalu Merebahkan Antup Lebah Madu Pada Dada-Dada Yang Seharusnya.
Tetapi Keabadian Memintalnya
Jadi Ketakseharusan Yang Melebur Kegilaan Jadi Debu Ditenga Taufan
Menabur
Kerikil-Kerikil Tajam Pada Ruang-Ruang Hati Yang Kini Teracuni Lalu Layu
Aku Lelah, Lalu Lelah
Ku Merambah Mencari Tangisan-Tangisan Kecil Terus Meraung Meronta…
E’ Eeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeee~~~~~!
E’ Eeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeee~~~~~!
Mengapa…?
Kesalahan Yang Tak
Salah Menjadi Salah Yang Benar Salah Dan Kesucian Yang Tak Berpehingga
Membenarkan Kesalahan Itu.
Hingga Deretan
Kalimah-Kalimah Yang Menggema Dalam Kalbu Bernada Lirih Melengking
Dan Yang Tergumam
Hanyalah Aku Benci Diri Ku Dan Aku Ingin Mati, Puing-Puing Kata Yang Terangkai Menghiasi Dinding
Kalbu Yang Teraniaya Keangkuhan Bumi Ditengah Restu Sang Bunda Memahkotai
Cinta.
created : ama bedake
0 komentar:
Posting Komentar