Hati-hati bicara bohong, karena kebohongan akan mengaktifkan suatu
area di otak, dan perubahan itu bisa dilihat menggunakan foto fMRI atau
functional magnetic resonance imaging. Demikian diungkapkan para ilmuwan
AS di Philadelphia.
Metode pendeteksi kebohongan ini dianggap lebih akurat dibanding
sistem yang ada sekarang. Meski begitu, karena membutuhkan piranti
pemindai besar, maka pemanfaatannya masih kalah praktis dibanding sistem
konvensional.
Seperti diketahui, detektor kebohongan konvensional, atau polygraph,
masih menimbulkan kontroversi dalam hal keakuratannya. Polygraph bekerja
dengan mengukur respon fisik tubuh terhadap tekanan yang timbul ketika
seseorang berbohong. Menggunakan polygraph, operator yang terlatih bisa
mengetahui seseorang berbohong atau tidak, dengan mengukur laju
pernafasan, tekanan darah, dan keluarnya keringat.
Tetapi meski beberapa badan pemerintah masih menggunakan tes
tersebut, Akademi Ilmu Pengetahuan Nasional AS, mempublikasikan sebuah
laporan yang mengatakan bahwa instrumen itu kurang akurat. Menurut
laporan, dengan berlatih, seseorang bisa mengatur respon fisiknya
sehingga kebohongan mereka tidak terdeteksi.
Oleh sebab itu, para ilmuwan mencari alternatif lain untuk mendeteksi
kebohongan. fMRI mungkin akan merupakan kunci masalah ini, kata Scott
Faro, seorang radiolog di pusat foto otak, Universitas Temple di
Philadelphia, Pennsylvania. Faro mempresentasikan penelitian baru itu
tanggal 29 November pada pertemuan tahunan Radiological Society of North
America di Chicago. “Saya yakin ini adalah pendekatan penting untuk
memahami perilaku kognitif yang amat kompleks,” katanya.
Dalam uji coba, Faro dan rekan-rekannya meminta enam sukarelawan
untuk menembakkan pistol mainan. Mereka kemudian di-scan otaknya
menggunakan fMRI dan diminta berbohong telah menembakkan senjata.
Sukarelawan juga menjalani tes polygraph setelah itu. Lima orang
sukarelawan lagi, yang tidak menembakkan senjata, menempuh tes serupa
sebagai perbandingan.
Baik tes fMRI maupun polygraph berhasil mendeteksi para pembohong dan
mereka yang bicara benar. Pada scan fMRI terlihat ada area khusus di
otak yang aktif ketika seseorang berbohong, termasuk bagian-bagian
frontal, temporal dan limbic lobes.
Adapun fMRI bekerja dengan mendeteksi sinyal magnetis dari atom-atom
oksigen yang menempel pada besi di lairan darah sukarelawan. Bila
aktivitas otak meningkat, aliran darah akan mengikuti dan membawa lebih
banyak oksigen bersamanya. Hal ini akan meningkatkan kekuatan sinyal.
Teknik yang biasanya dipakai dalam scan medis ini bisa memetakan
aktivitas bagian-bagian otak dalam skala milimeter.
Menurut para periset, teknik ini akan sangat berguna untuk mendeteksi
orang-orang yang telah dilatih mengakali tes polygraph. Namun harus
diingat bahwa metode fMRI harus dibuat lebih murah dan praktis sebelum
bisa diterapkan secara rutin. Yang jelas, mesin fMRI senilai jutaan
dollar bukan solusi yang tepat untuk digunakan di bandara atau
lokasi-lokasi lain. (nature.com/Rtr/wsn)
pai pupu taan tou, haka gahan taan ehan, taan gelekat lewo gewayan tana
0 komentar:
Posting Komentar